Sehari Sebelum Nyepi, Seluruh Umat Hindu Bali Gelar Pawai Ogoh-ogoh – Satu hari sebelum Nyepi, semua umat Hindu Bali mengadakan pawai ogoh-ogoh. Diantaranya di Desa Kebiasaan Tuban, Kabupaten Badung, Bali. Uniknya, tidak cuma pawai, pementasan ogoh-ogoh di desa kebiasaan ini pula disemarakkan dengan sendratari.
Pantauan di tempat, Rabu (6/3/2019), ada sepuluh ogoh-ogoh yang ikuti pawai. Ke-10 ogoh-ogoh itu diarak dari Taman Satria Gatotkaca ke arah selama Jl Raya Tuban.
Diantara 10 ogoh-ogoh itu, ada tiga ogoh-ogoh memiliki ukuran lebih kecil. Tidak cuma melihat, anak-anak pun tampak ketertarikan saat dilibatkan dalam pawai itu.
Dengan mantap mereka membawa obor serta berbaris rapi di muka simbol ogoh-ogoh banjar mereka. Ada pula barisan penari cantik yang membawa pernak-pernik tarian berbentuk payung sampai bunga raksasa.
Salah satunya sendratari yang dipentaskan bercerita beradu kesaktian pada Dewa Brahma serta Dewa Wisnu sampai cerita lahirnya sang Boma. Beradu kesaktian Dewa Wisnu yang berwujud babi rimba dengan Dewa Brahma yang berwujud angsa putih itu diceritakan melalui tarian serta ornament yang bagus.
Beberapa tokoh yang dipertunjukkan dalam sendratari itu ialah Dewa Siwa, Dewa Brahma, Dewa Wisnu, serta Dewi Pertiwi. Semasing tokoh dimainkan dengan bagus oleh Seka Teruna (ST) Buana Kesuma.
Permainan musik beberapa pemain baleganjur (ensambel musik gamelan Bali) pun tidak kalah menarik. Irama yang mereka mainkan terkadang rancak meningkatkan ketegangan situasi saat berlangsung pertarungan pada Dewa Wisnu serta Dewa Brahma.
Beberapa teruna-teruni itu tampilkan cerita itu berbentuk patung ogoh-ogoh berwujud Dewa Siwa yang duduk dikelilingi lingkaran warna emas dengan dua binatang yang bertemu, yakni babi rimba serta angsa putih.
Tampilan setiap fragmen sendratari itu mengundang decak takjub beberapa masyarakat yang melihat. Tidak cuma masyarakat lokal, turis-turis mancanegara juga tampak repot menyimpan tiap-tiap peristiwa dalam bidikan camera.
Pementasan sendratari ini dilombakan serta akhirnya akan diumumkan pada Jumat (8/3) sesudah Nyepi. Sesudah acara selesai, ogoh-ogoh itu kembali diarak ke arah ke setra (kuburan) untuk dibakar sesudah Nyepi. Maksudnya menjadi lambang mengusir atau menghilangkan dampak bhuta saat atau roh-roh yang berada di bawah alam manusia.
Perayaan Nyepi akan diawali pada Kamis (7/3) jam 06.00 Wita sampai Jumat (8/3) jam 06.00 Wita. Saat Nyepi, semua umat Hindu di Bali melakukan catur-brata penyepian, yakni perhatikan geni (tidak menyalakan lampu atau api), perhatikan karya (tidak melakukan aktivitas), perhatikan lelungan (tidak melancong), serta perhatikan lelanguan (tidak memperoleh hiburan). Semua toko ataupun warung tutup, serta beberapa turis ataupun masyarakat dilarang melancong ataupun berkeliaran di jalan.